Sabtu, 15 Oktober 2011

Sejarah di balik Gurihnya Kerak Telor



    Sejak diberitakan diberbagai media ‘Kerak Telor Kuliner Betawi yang nyaris Punah’ beberapa tahun silam, kini penjaja kerak telor sudah mulai banyak di jumpai. Tak hanya ada di Setu Babakan Jakarta Selatan, saat Pekan Raya Jakarta namun juga di beberapa Mall di Ibu Kota.

   Kerak Telor sendiri adalah sebuah jajanan atau biasa disebut makanan ringan disaat santai bagi warga Betawi. Terbuat dari Ketan, kelapa, udang kering, merica, garam dan telur. Kerak telor ini sendiri memiliki metode memasak yang cukup unik.

Cara pembuatannya :
Ketan yang telah direndam semalaman, diambil 1 centong adukan sayur, diletakkan di atas penggorengan yang panas dan tak berminyak.
Diratakan supaya ketan mendapat sedikit aroma gosong wajan besi.
Kemudian 1 sendok makan serundeng dimasukkan ke wajan. Srundeng adalah kelapa yang disangrai bersama cabai, kencur dan jahe.
Masukkan juga selanjutnya 1 sendok makan udang kering, merica, garam dan terakhir Telur.
Diaduk sampai rata, lalu panci ditutup sebentar, dibuka dan langsung dibalik (panci dibalik sehingga adonan menghadap ke api. Mungkin metode ini untuk mendapatkan sensasi gosong)Kerak Telor pun siap dinikmati panas panas dengan tambahan bawang goreng dan srundeng.


      Sejarah Kerak Telor

      Hm,… mungkin anda adalah salah satu penikmat kerak telor sejati, tapi taukah anda cerita di balik munculnya jajanan nan gurih manis asin menggoda ini? Ketika ke PRJ saya sempat bertemu dengan Pak Yusuf, pemilik Warung Kerak Telor di Foodcourt Cijantung Mall.

Pak Ook Peracik Kerak Telor sejak 1978
Dia mengaku, kakek dan kawan kawan kakeknya lah yang menemukan racikan kerak telor ini. Dimana semua berawal dari coba-coba pada puluhan tahun silam, ketika Batavia atau Jakarta masih dipenuhi oleh pohon kelapa.

     Sekawanan Betawi Menteng ini iseng mencampurkan antara ketan, kelapa parut dan bumbu dapur lainnya. Iseng iseng banyak tetangga yang suka, di tahun 70an mereka pun mulai mencoba peruntungan dengan berjualan resep uniknya tersebut di daerah Monas. Ternyata laku keras bahkan seolah sampai menjadi ciri khas Betawi. Dimana jika kita bertanya, “Apa makanan khas betawi?”, jawabnya pasti “Kerak Telor”.

     Pertama kali makan kerak telor, saya sangat tidak suka dan sampai enggan untuk mencoba lagi, karena kesan pertama yang tidak enak tersebut telah membuat image saya buruk terhadap kerak telor. Namun, ketika dipaksa oleh pekerjaan untuk makan kerak telor, waaaah ternyata kerak telor yang saya makan kali ini enak sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar